Senin, 02 November 2015

0 Pengajaran dan Pembelajaran



Oleh: Ana Marliana/anamarliana10@gmailcom

Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multi kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Dalam proses pembelajaran guru telah menerapkan prinsip-prinsip dasar peadogik modern dan yang mengutamakan pentingnya perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang tepat. Indikatornya, (1) kelengkapan persiapan mengajar guru, bahan ajar, serta media pembelajaran; (2) kesesuaian pembelajaran dengan skenarionya dan bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan; dan (3) ketepatan dalam pemberian tugas, pemanfaatan sumber belajar, dan penggunaan perangkat evaluasi yang tepat untuk mendapatkan umpan balik dari siswa ( Sutrisno, 2008:2).

Komponen dalam Pembelajaran diantaranya guru, peserta didik, tujuan, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, metode, alat, sumber pembelajaran, evaluasi dan situasi atau lingkungan. Guru atau pendidik merupakan jabatan yang amat strategis dalam nenunjang proses dan hasil kinerja pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendidik merupakan gerbang awal sekaligus representasi kondisi dan kinerja pendidikan. Dalam hubungan ini, penampilan seorang pendidik harus terwujud sedemikian rupa secara efektif sehingga dapat menunjang dinamika dan keefektifan pendidikan. Kinerja penampilan pendidik didukung sejumlah kompetensi tertentu dan berlandaskan kualitas kepribadian yang harus dapat terwujudkan secara nyata. Dengan demikian sifat utama seorang pendidik adalah kemampuannya dalam mewujudkan penampilan kualitas kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan pendidikan agar kebutuhan dan tujuan dapat tercapai secara efektif. Pengajaran dan pembelajaran merupakan komponen dasar sebelum guru menentukan model-model pembelajaran.

Pembelajaran
Wenger (1998:227;2006:1) mengatakan, “Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seorang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial”.
Salah sau bentuk pembelajaran adalah pemrosesan informasi. Hal ini dapat dianalogikan dengan pikiran atau otak kita yang berperan layaknya komputer di mana ada input dan penyimpanan informasi di dalamnya. Yang dilakukan oleh otak kita adalah bagaimana memperoleh kembali materi informasi tersebut, baik berupa gambar maupun tulisan. Dengan demikian, dalam pembelajaran seseorang perlu terlibat dalam refleksi dan penggunaan memori untuk melacak apa saja yang harus ia serap, apa saja yang harus ia simpan dalam memorinya, dan bagaimana ia menilai informasi yang telah ia peroleh (Glass dan Holyak, 1986).
Pembelajaran adalah modifikasi, modifikasi sering diasosiasikan dengan perubahan, para behavior akan mengganggap pembelajaran sebagai perubahan dalam tindakan dan perilaku seseorang. Misalnya, ada perubahan sikap dalam diri seseorang ketika ia berhasil menggunakan kuas dengan baik dalam menggambar atau mampu menggunakan mikroskop dengan benar selama proses esperimen.
Dengan demikian, pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya (Gegne, 1977). Selama proses ini, seseorang bisa memilih untuk melakukan perubahan atau tidak sama sekali terhadap apa yang ia lakukan. Ketika pembelajaran diartikan sebagai perubahan dalam perilaku, tindakan, cara, dan peforma, maka konsekuensinya jelas: kita bisa mengobservasi, bahkan menverifikasi pembelajaran itu sendiri sebagai objek.
Meski demikian, tampaknya dua definisi yang cukup mewakili berbagai perspektif teoritis terkait dengan praktik pembelajaran:
1.      Pembelajaran sebagai perubahan perilaku. Salah satu contoh perubahannya adalah ketika seorang pembelajar yang awalnya tidak begitu dalam kelas ternyata berubah menjadi sangat perhatian.
2.      Pembelajaran sebagai perubahan kapasitas. Salah satu contoh perubahannya adalah ketika seorang pembelajar yang awalnya takut pada pelajaran tertentu ternyata berubah menjadi seseorang yang angat percaya diri dalam pelajaran tersebut.



Beberapa konsep mengenai pembelajaran yang sering kali menjadi fokus riset dan studi selama ini:
1.    Pembelajaran bersifat psikologis, merujuk apa yang terjadi dalam diri manusia dalam psikologis. Ketika pola perilakunya stabil, maka proses pembelajaran dapat diakatakan berhasil.
2.    Pembelajaran merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungannya.
3.    Pembelajaran merupakan produk dari lingkungan eksperimental seseorang, terkait dengan bagaimana ia merespons lingkungan tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan pengajaran, di mana seseorang akan belajar dari apa yang diajarkan kepadanya.
Kesimpulannya, pembelajaran  merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Pembelajaran merupakan rekrontruksi dari pengalaman masa lalu yang berpengaruh terhadap perilaku dan kapasitas sesorang atau suatu kelompok.
Pengajaran
Pengajaran dapat diartikan sebagai praktik menularkan informasi untuk proses pembelajaran. Praktik ini bisa dipahami dengan berbagai cara, pengajaran merupakan gaya penyampaian dan perhatian terhadap kebutuhan para pembelajar/siswa yang diterapkan di ruang kelas atau lingkungan mana pun di mana pembelajaran itu terjadi. Hausstatter dan Nordkvelle (2007) mengatakan bahwa “pengajaran merupakan fasilitas pembelajaran” (teaching is the facillitation of learning).
Agar pengajaran menjadi lebih efektif dan afektif, pembelajar seharusnya dipahami lebih dari sekedar penerima pasif pengetahuan, melainkan seseorang yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang diarahkan oleh guru menuju lingkungan kelas yang nyaman dan kondisi emosional, sosiologis. psikologis, dan fisiologis yang kondusif (Dunn dan Dunn, 1978; 1992).
Sikap-sikap kognitif guru yang sangat menentukan proses pembelajarn siswa (Schiering dan Bogner, 2007).
1.      Pemikiran: Respons langsung secara sadar terhadap refleksi, yang melibatkan memori. Refleksi didefinisikan oleh Schon (1997) memiliki dua bentuk: refleksi “dalam tindakan (reflection in action), yakni pemikiran yang muncul saat ini pada masa kini, dan refleksi “terhadap tindakan (reflection on action), yang menunjuk pada yang telah terjadi di masa lalu. Contoh: Berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya berpikir untuk memulai belajar secara multidimensial.
2.      Gagasan: Prediksi terhadap respon atau spekulasi yang didasarkan pada reaksinya terhdap perspektif seseorang. Contoh: ia punya gagasan tentang praktik pengajaran yang baik dari buku teori pendidkan.
3.      Opini: Kombinasi pemikiran dan gagasan yang menghasilkan konsep tertentu. Contoh: Guru diminta opininya mengenai kurikulum.
4.      Penilaian: Pemikiran, gagasan dan opini konkret yang dipengaruhi oleh memori dan didasarkan pada refleksi tentang pengalaman masa lalu. Contoh: Saya menilai guru merupakan fasilitator pembelajaran. Hingga ada bukti yang menunjukkan bahwa ini tidak benar, maka penilaian tersebut tetaplah penilaian-pemikiran yang sengaja diperkukuh.
5.      Perasaan: Respons sensorik dan/atau emosional terhadap stimulus yang sifatnya deskriptif atau klasifikatoris. Contoh: Bahan ini terasa lunak karena saya sulit menggegamnya.
Tabel Dua Paradigma: Model Barr dan Tagg
Menurut Barr dan Tagg (1995), sekolah sering kali didefinisikan sebagai institusi yang ada untuk menyajikan pengajaran, namun kini sekolah mulai dipahami sebagai institusi yang ada untuk menghasilkan pembelajaran. Barr dan Tagg untuk membedakan kedua paradigma itu dari berbagai aspek, antara lain: aspek tujuan, aspek kriteria keberhasilan, aspek struktur, aspek teoritis, aspek produktivitas, dan aspek heran.
Perbedaan Dua Model Paradigma Model Barr dan Tagg (1995)
Bidang Perbedaan
Paradigma Pengajaran
Paradigma Pembelajaran
Misi dan Tujuan
§  Menyediakan/manyampaiakan pengajaran transfer pengetahuan dari guru ke siswa
§  Menawarkan kursus dan program
§  Meningkatkan kualitas pengajaran
§  Mengakses keragaman siswa

§  Memproduksi pembelajaran
§  Membangkitkan penemuan siswa dan kontruksi pengetahuan
§  Menciptakan lingkungan pembelajaran yang bermakna
§  Meningkatkan kualitas pembelajaran
§  Menyukseskan keragaman siswa

Kriteria Keberhasilan
§  Input, sumber daya
§  Kualitas siswa yang masuk
§  Pengembangan dan perluasan kurikulum
§  Kuantitas dan kualitas sumber daya
§  Kuantitas pendaftaran
§  Outcomes keberhasilan siswa dan pembelajaran
§  Kualitas siswa yang sudah ada
§  Perkembangan dan perluasan teknologi pembelajaran
§  Kuantitas dan kualitas Outcomes
§  Kualitas siswa, pembelajaran
Struktur Pengajaran/ Pembelajaran
§  Atomistik; bagian-bagian yang mendahului keseluruhan
§  Waktu berlangsung konstan, pembelajaran bervariasi
§  Ceramah 50 menit, kursus 3 unit
§  Awal/akhir kelas di waktu yang sama
§  Satu guru, satu krlas
§  Jurusan dan disiplin keilmuwan terpisah
§  Mengcover materi
§  Penilaian akhir-pelajaran
§  Penilaian kelas oleh guru
§  Penilaian privat
§  Rangking sama dengan jumlah jam kredit terakumulasi
§  Holistik; keseluruhan yang mendahului bagian-bagian
§  Pembelajaran berlangsung konstan, waktu bervariasi
§  Lingkungan pembelajaran
§  Lingkungan kelas sudah siap saat siswa hadir
§  Apa pun pengalaman pembelajaran yang bisa efisien
§  Lintas-disiplin/kolaborasi jurusan
§  Merinsi hasil-hasil pembelajaran
§  Penilaian sebelum/selama/sesudah pelajaran
§  Evaluasi pembelajaran eksternal
§  Penilaian publik
§  Rangking sama dengan skill dan pengetahuan yang bisa dipertunjukkan
Teori Belajar
§  Pengetahuan ada “di luar sana”
§  Pengetahuan layaknya “tumpukan-tumpukan sampah” yang dibuang oleh guru
§  Pembelajaran bersifat kumulatif dan linier
§  Lebih sesuai dengan metafor “gudang pengetahuan”
§  Pembelajaran dikontrol oleh dan berpusat pada guru
§  Dibutuhkan siswa yang “aktif” tidak sekedar guru yang “semangat”
§  Guru dan ruang kelas bersifat kompetitif dan individualistik
§  Jarang memanfaatkan bakat dan kemampuan
§  Pengetahuan ada di setiap pikiran individu dan dibentuk oleh pengalaman individual
§  Pengetahuan dikontruksi, diciptakan, dan “diperoleh”
§  Pembelajaran merupakan interaksi lintas-pengetahuan
§  Lebih sesuai dengan metafor “bagaimana mengendarai sepeda”
§  Pembelajaran dikontrol oleh dan berpusat pada siswa
§  Dibutuhkan siswa yang “semangat” dan guru yang “semangat”
§  Lingkungan pembelajaran bersifat kooperatif, kolaboratif dan sportif
§  Selalu menggunakan bakat dan kemampuan
Produktivitas
§  Definisi produktivitas: nilai per jam pengajaran untuk siswa
§  Penandaan untuk setiap jam pengajaran
§  Definisi produktivitas: nilai per unit pembelajaran untuk siswa
§  Penandaan untuk outcomes pembelajaran
Peran
§  Sekolah adalah lecturer
§  Sekolah dan siswa belajar secara independen dan terisolasi satu sama lain
§  Guru mengklasifikasikan dan memilah-milih siswa
§  Semua staf melayani sekolah dan proses pengajaran
§  Hanya yang ahli yang bisa mengajar
§  Kontrol satu arah; aktor-aktor independen
§  Sekolah adalah desainer
§  Sekolah dan siswa bekerja dalam ketergantungan psitif, salam satu tim
§  Guru mengembangkan setiap kemapuan dan bakat siswa
§  Semua staf adalah pendidik yang sekaligus menciptakan pembelajaran dan kesuksesan siswa
§  Selalu ada pembelajaran yang memberdayakan, yang menantang dan kompleks
§  Kontrol bersama; kerja tim

Daftar Pustaka:
Barr, R. J., & Tagg, J. 1995. “From Teaching to Learning: A New Paradogm for Understanding Education”. Change. (27)6, hlm. 12-25.
Dunn, R., & Dunn, K. 1978. Teaching Students through Their Individual Learning Styles: A Practical Approach. Reston, VA: Reston Publishing Company.
Gegne, R.M. 1977. Conditions of Learning (edisi ke-3). New York: Holt, Rinehert, and Wilson.
Glass,A., & Holyoak, K.J. 1986. Cognition (edisi ke 2). New York: Random House.
Hausstatter dan Nordkvelle. 2007. “Perspectives on Group Work in Distance Learning”. Journal of Distance Education, 8(1), Oslo, Norwegia.
Schiering, M., & Bogner, D. 2007. Conversations on the Effect of External Factors on Belief and Value Systems. New York: Mollloy College, Rockville Centre.
Schon, D.A. 1997. Educaton the Reflective Practitioner:Towards a New Design for Teaching and Learning in the Professions. San Francisco:Jossey-Bass.
Sutrisno Prof. Drs. M.Sc., Ph.d , profil pelaksanaan kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Provinsi Jambi ( Studi Evaluatif Pelaksanaan KTSP, SD, SMP dan SMA) : makalah)
Wenger, E. 2006. “Comunities of Practice: A Brief Introduction”. http://ewenger.com/theory/index.htm. Diakses tanggal 30 Oktober 2015.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Memahami Model-Model Pembelajaran yang Inovatif Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates