Pendidikan
merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab
dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai
pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri
menjadi multi kompetensi harus melewati proses pendidikan yang
diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Manfaat keberhasilan pembelajaran
akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan
dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Dalam proses pembelajaran guru
telah menerapkan prinsip-prinsip dasar peadogik modern dan yang mengutamakan
pentingnya perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang tepat. Indikatornya, (1)
kelengkapan persiapan mengajar guru, bahan ajar, serta media pembelajaran; (2)
kesesuaian pembelajaran dengan skenarionya dan bervariasinya metode
pembelajaran yang digunakan; dan (3) ketepatan dalam pemberian tugas,
pemanfaatan sumber belajar, dan penggunaan perangkat evaluasi yang tepat untuk
mendapatkan umpan balik dari siswa ( Sutrisno, 2008:2).
Komponen dalam
Pembelajaran diantaranya guru, peserta didik, tujuan, bahan pelajaran, kegiatan
pembelajaran, metode, alat, sumber pembelajaran, evaluasi dan situasi atau
lingkungan. Guru atau pendidik merupakan jabatan yang amat strategis dalam
nenunjang proses dan hasil kinerja pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa pendidik merupakan gerbang awal sekaligus
representasi kondisi dan kinerja pendidikan. Dalam hubungan ini, penampilan
seorang pendidik harus terwujud sedemikian rupa secara efektif sehingga dapat
menunjang dinamika dan keefektifan pendidikan. Kinerja penampilan pendidik
didukung sejumlah kompetensi tertentu dan berlandaskan kualitas kepribadian
yang harus dapat terwujudkan secara nyata. Dengan demikian sifat utama seorang
pendidik adalah kemampuannya dalam mewujudkan penampilan kualitas kepribadian
dalam interaksi dengan lingkungan pendidikan agar kebutuhan dan tujuan dapat
tercapai secara efektif. Pengajaran dan pembelajaran merupakan komponen dasar
sebelum guru menentukan model-model pembelajaran.
Pembelajaran
Wenger
(1998:227;2006:1) mengatakan, “Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang
dilakukan oleh seorang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan
aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan
oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada
level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial”.
Salah sau bentuk
pembelajaran adalah pemrosesan informasi. Hal ini dapat dianalogikan dengan
pikiran atau otak kita yang berperan layaknya komputer di mana ada input dan
penyimpanan informasi di dalamnya. Yang dilakukan oleh otak kita adalah
bagaimana memperoleh kembali materi informasi tersebut, baik berupa gambar
maupun tulisan. Dengan demikian, dalam pembelajaran seseorang perlu terlibat
dalam refleksi dan penggunaan memori untuk melacak apa saja yang harus ia
serap, apa saja yang harus ia simpan dalam memorinya, dan bagaimana ia menilai
informasi yang telah ia peroleh (Glass dan Holyak, 1986).
Pembelajaran
adalah modifikasi, modifikasi sering diasosiasikan dengan perubahan, para behavior
akan mengganggap pembelajaran sebagai perubahan dalam tindakan dan perilaku
seseorang. Misalnya, ada perubahan sikap dalam diri seseorang ketika ia
berhasil menggunakan kuas dengan baik dalam menggambar atau mampu menggunakan
mikroskop dengan benar selama proses esperimen.
Dengan demikian,
pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia
yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya (Gegne, 1977). Selama proses
ini, seseorang bisa memilih untuk melakukan perubahan atau tidak sama sekali
terhadap apa yang ia lakukan. Ketika pembelajaran diartikan sebagai perubahan
dalam perilaku, tindakan, cara, dan peforma, maka konsekuensinya jelas: kita
bisa mengobservasi, bahkan menverifikasi pembelajaran itu sendiri sebagai objek.
Meski demikian,
tampaknya dua definisi yang cukup mewakili berbagai perspektif teoritis terkait
dengan praktik pembelajaran:
1. Pembelajaran
sebagai perubahan perilaku. Salah satu contoh perubahannya adalah ketika
seorang pembelajar yang awalnya tidak begitu dalam kelas ternyata berubah
menjadi sangat perhatian.
2. Pembelajaran
sebagai perubahan kapasitas. Salah satu contoh perubahannya adalah ketika
seorang pembelajar yang awalnya takut pada pelajaran tertentu ternyata berubah
menjadi seseorang yang angat percaya diri dalam pelajaran tersebut.
Beberapa konsep
mengenai pembelajaran yang sering kali menjadi fokus riset dan studi selama
ini:
1. Pembelajaran
bersifat psikologis, merujuk apa yang terjadi dalam diri manusia dalam
psikologis. Ketika pola perilakunya stabil, maka proses pembelajaran dapat
diakatakan berhasil.
2. Pembelajaran
merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungannya.
3. Pembelajaran
merupakan produk dari lingkungan eksperimental seseorang, terkait dengan
bagaimana ia merespons lingkungan tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan
pengajaran, di mana seseorang akan belajar dari apa yang diajarkan kepadanya.
Kesimpulannya,
pembelajaran merupakan fenomena kompleks
yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Pembelajaran merupakan rekrontruksi dari pengalaman
masa lalu yang berpengaruh terhadap perilaku dan kapasitas sesorang atau suatu
kelompok.
Pengajaran
Pengajaran dapat
diartikan sebagai praktik menularkan informasi untuk proses pembelajaran.
Praktik ini bisa dipahami dengan berbagai cara, pengajaran merupakan gaya
penyampaian dan perhatian terhadap kebutuhan para pembelajar/siswa yang
diterapkan di ruang kelas atau lingkungan mana pun di mana pembelajaran itu
terjadi. Hausstatter dan Nordkvelle (2007) mengatakan bahwa “pengajaran
merupakan fasilitas pembelajaran” (teaching
is the facillitation of learning).
Agar pengajaran
menjadi lebih efektif dan afektif, pembelajar seharusnya dipahami lebih dari
sekedar penerima pasif pengetahuan, melainkan seseorang yang secara aktif
terlibat dalam proses pembelajaran yang diarahkan oleh guru menuju lingkungan
kelas yang nyaman dan kondisi emosional, sosiologis. psikologis, dan fisiologis
yang kondusif (Dunn dan Dunn, 1978; 1992).
Sikap-sikap
kognitif guru yang sangat menentukan proses pembelajarn siswa (Schiering dan
Bogner, 2007).
1.
Pemikiran:
Respons langsung secara sadar terhadap refleksi, yang melibatkan memori.
Refleksi didefinisikan oleh Schon (1997) memiliki dua bentuk: refleksi “dalam
tindakan (reflection in action), yakni
pemikiran yang muncul saat ini pada masa kini, dan refleksi “terhadap tindakan
(reflection on action), yang menunjuk
pada yang telah terjadi di masa lalu. Contoh: Berdasarkan pengalaman
sebelumnya, saya berpikir untuk memulai belajar secara multidimensial.
2.
Gagasan:
Prediksi terhadap respon atau spekulasi yang didasarkan pada reaksinya terhdap
perspektif seseorang. Contoh: ia punya gagasan tentang praktik pengajaran yang
baik dari buku teori pendidkan.
3.
Opini:
Kombinasi pemikiran dan gagasan yang menghasilkan konsep tertentu. Contoh: Guru
diminta opininya mengenai kurikulum.
4.
Penilaian:
Pemikiran, gagasan dan opini konkret yang dipengaruhi oleh memori dan
didasarkan pada refleksi tentang pengalaman masa lalu. Contoh: Saya menilai
guru merupakan fasilitator pembelajaran. Hingga ada bukti yang menunjukkan
bahwa ini tidak benar, maka penilaian tersebut tetaplah penilaian-pemikiran
yang sengaja diperkukuh.
5.
Perasaan:
Respons sensorik dan/atau emosional terhadap stimulus yang sifatnya deskriptif
atau klasifikatoris. Contoh: Bahan ini terasa lunak karena saya sulit
menggegamnya.
Tabel Dua Paradigma: Model Barr dan Tagg
Menurut
Barr dan Tagg (1995), sekolah sering kali didefinisikan sebagai institusi yang
ada untuk menyajikan pengajaran, namun
kini sekolah mulai dipahami sebagai institusi yang ada untuk menghasilkan pembelajaran. Barr dan Tagg
untuk membedakan kedua paradigma itu dari berbagai aspek, antara lain: aspek tujuan,
aspek kriteria keberhasilan, aspek struktur, aspek teoritis, aspek
produktivitas, dan aspek heran.
Perbedaan Dua Model
Paradigma Model Barr dan Tagg (1995)
Bidang Perbedaan
|
Paradigma Pengajaran
|
Paradigma Pembelajaran
|
Misi dan Tujuan
|
§
Menyediakan/manyampaiakan pengajaran transfer
pengetahuan dari guru ke siswa
§
Menawarkan kursus dan program
§
Meningkatkan kualitas pengajaran
§
Mengakses keragaman siswa
|
§
Memproduksi pembelajaran
§
Membangkitkan penemuan siswa dan kontruksi
pengetahuan
§
Menciptakan lingkungan pembelajaran yang
bermakna
§
Meningkatkan kualitas pembelajaran
§
Menyukseskan keragaman siswa
|
Kriteria Keberhasilan
|
§
Input, sumber daya
§
Kualitas siswa yang masuk
§
Pengembangan dan perluasan kurikulum
§
Kuantitas dan kualitas sumber daya
§
Kuantitas pendaftaran
|
§
Outcomes
keberhasilan siswa dan pembelajaran
§
Kualitas siswa yang sudah ada
§
Perkembangan dan perluasan teknologi
pembelajaran
§
Kuantitas dan kualitas Outcomes
§
Kualitas siswa, pembelajaran
|
Struktur Pengajaran/ Pembelajaran
|
§
Atomistik; bagian-bagian yang mendahului
keseluruhan
§
Waktu berlangsung konstan, pembelajaran
bervariasi
§
Ceramah 50 menit, kursus 3 unit
§
Awal/akhir kelas di waktu yang sama
§
Satu guru, satu krlas
§
Jurusan dan disiplin keilmuwan terpisah
§
Mengcover
materi
§
Penilaian akhir-pelajaran
§
Penilaian kelas oleh guru
§
Penilaian privat
§
Rangking sama dengan jumlah jam kredit
terakumulasi
|
§
Holistik; keseluruhan yang mendahului
bagian-bagian
§
Pembelajaran berlangsung konstan, waktu
bervariasi
§
Lingkungan pembelajaran
§
Lingkungan kelas sudah siap saat siswa hadir
§
Apa pun pengalaman pembelajaran yang bisa
efisien
§
Lintas-disiplin/kolaborasi jurusan
§
Merinsi hasil-hasil pembelajaran
§
Penilaian sebelum/selama/sesudah pelajaran
§
Evaluasi pembelajaran eksternal
§
Penilaian publik
§
Rangking sama dengan skill dan pengetahuan
yang bisa dipertunjukkan
|
Teori Belajar
|
§
Pengetahuan ada “di luar sana”
§
Pengetahuan layaknya “tumpukan-tumpukan
sampah” yang dibuang oleh guru
§
Pembelajaran bersifat kumulatif dan linier
§
Lebih sesuai dengan metafor “gudang
pengetahuan”
§
Pembelajaran dikontrol oleh dan berpusat pada
guru
§
Dibutuhkan siswa yang “aktif” tidak sekedar
guru yang “semangat”
§
Guru dan ruang kelas bersifat kompetitif dan
individualistik
§
Jarang memanfaatkan bakat dan kemampuan
|
§
Pengetahuan ada di setiap pikiran individu dan
dibentuk oleh pengalaman individual
§
Pengetahuan dikontruksi, diciptakan, dan
“diperoleh”
§
Pembelajaran merupakan interaksi
lintas-pengetahuan
§
Lebih sesuai dengan metafor “bagaimana mengendarai sepeda”
§
Pembelajaran dikontrol oleh dan berpusat pada
siswa
§
Dibutuhkan siswa yang “semangat” dan guru yang
“semangat”
§
Lingkungan pembelajaran bersifat kooperatif,
kolaboratif dan sportif
§
Selalu menggunakan bakat dan kemampuan
|
Produktivitas
|
§
Definisi produktivitas: nilai per jam
pengajaran untuk siswa
§
Penandaan untuk setiap jam pengajaran
|
§
Definisi produktivitas: nilai per unit
pembelajaran untuk siswa
§
Penandaan untuk outcomes pembelajaran
|
Peran
|
§
Sekolah adalah lecturer
§
Sekolah dan siswa belajar secara independen
dan terisolasi satu sama lain
§
Guru mengklasifikasikan dan memilah-milih
siswa
§
Semua staf melayani sekolah dan proses pengajaran
§
Hanya yang ahli yang bisa mengajar
§
Kontrol satu arah; aktor-aktor independen
|
§
Sekolah adalah desainer
§
Sekolah dan siswa bekerja dalam ketergantungan psitif, salam satu tim
§
Guru mengembangkan setiap kemapuan dan bakat
siswa
§
Semua staf adalah pendidik yang sekaligus
menciptakan pembelajaran dan kesuksesan siswa
§
Selalu ada pembelajaran yang memberdayakan,
yang menantang dan kompleks
§
Kontrol bersama; kerja tim
|
Daftar Pustaka:
Barr,
R. J., & Tagg, J. 1995. “From Teaching to Learning: A New Paradogm for
Understanding Education”. Change. (27)6,
hlm. 12-25.
Dunn,
R., & Dunn, K. 1978. Teaching
Students through Their Individual Learning Styles: A Practical Approach. Reston,
VA: Reston Publishing Company.
Gegne,
R.M. 1977. Conditions of Learning (edisi
ke-3). New York: Holt, Rinehert, and Wilson.
Glass,A.,
& Holyoak, K.J. 1986. Cognition
(edisi ke 2). New York: Random House.
Hausstatter
dan Nordkvelle. 2007. “Perspectives on
Group Work in Distance Learning”. Journal of Distance Education, 8(1),
Oslo, Norwegia.
Schiering,
M., & Bogner, D. 2007. Conversations
on the Effect of External Factors on Belief and Value Systems. New York:
Mollloy College, Rockville Centre.
Schon,
D.A. 1997. Educaton the Reflective
Practitioner:Towards a New Design for Teaching and Learning in the Professions.
San Francisco:Jossey-Bass.
Sutrisno
Prof. Drs. M.Sc., Ph.d , profil pelaksanaan kurikulum tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di Provinsi Jambi ( Studi Evaluatif Pelaksanaan KTSP, SD, SMP dan SMA) :
makalah)
Wenger,
E. 2006. “Comunities of Practice: A Brief Introduction”. http://ewenger.com/theory/index.htm. Diakses tanggal 30 Oktober 2015.
0 komentar:
Posting Komentar