Apa itu Cooperative Learning?
Oleh:
Ana Marliana/anamarliana10@gmail.com
Cooperative
learning dilakukan dengan cara membagi peserta didik dalam beberapa
kelompok atau tim. Setiap kelompok/tim terdiri dari beberapa peserta didik yang
memiliki kemampuan berbeda. Guru memberi tugas atau permasalahan untuk
dikerjakan atau dipecahkan oleh masing-masing kelompok/tim. Satu kelompok
memiliki empat sampai enam anggota.
Johnson & Johnson (1994) menegaskan
bahwa pembelajaran kooperatif memiliki lima elemen dasar yaitu: (1) positive
interdependence – yaitu peserta didik harus mengisi tanggung jawab
belajarnya sendiri dan saling membantu dengan anggota lain dalam kelompoknya;
(2) face to face interaction yaitu peserta didik memiliki kewajiban
untuk menjelaskan apa yang dipelajari kepada peserta didik lain yang menjadi
anggota kelompoknya; (3) individual accountability yaitu masing-masing
peserta didik harus menguasai apa yang menjadi tugas dirinya di dalam kelompok;
(4) social skill yaitu masing-masing anggota harus mampu berkomunikasi
secara efektif, menjaga rasa hormat dengan sesama anggota dan bekerja bersama untuk
menyelesaikan konflik; (5) group processing, kelompok harus dapat
menilai dan melihat bagaimana tim mereka telah bekerjasama dan memikirkan
bagaimana agar dapat memperbaikinya.
Ada
beberapa teknik cooperative learning yang akan dijelaskan disini, empat
teknik yang pertama di antarnya dikembangkan oleh Robert Slavin (1991).
1. Student
Teams – Achievement Devisions (STAD)
Student
Team-Achievement Devision (STAD) strategi pembelajaran kooperatif yang
memadukan penggunaan metode ceramah, questioning dan diskusi. Sebelum
pembelajaran dimulai, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok tim dan
tempat duduk ditata sedemikian rupa sehingga satu kelompok peserta didik dapat
duduk berdekatan. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyajian materi
pelajaran oleh guru. Setelah penyajian materi selesai, kelompok/tim
mendiskusikan materi yang diajarkan guru untuk memastikan bahwa semua anggota
kelompok/tim sudah dapat menguasai materi pelajaran yang diajarkan guru.
Apabila ada anggota kelompok yang belum memahami, maka anggota kelompok yang
lain berusaha untuk membantunya sampai semua anggota benar-benar menguasai
materi yang diajarkan guru. Setelah semua kelompok menyatakan siap diuji, guru
kemudian memberi soal ujian kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
soal, anggota kelompok tidak boleh saling membantu. Nilai ujian dihitung
berdasarkan jumlah nilai semua anggota kelompok.
Langkah-langkah
STAD:
1) Membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang peserta didik yang
memiliki kemampuan beragam.
2) Guru menyajikan pelajaran, dan peserta didik menyimak
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya
sampai semua anggota dalam kelompok itu memahami.
4) Guru memberi soal kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab soal,
sesama anggota kelompok tidak boleh saling membantu.
5) Guru memberi nilai kelompok berdasarkan dari jumlah nilai yang
berhasil diperoleh seluruh anggota kelompok.
6) Guru
mengevaluasi kegiatanbelajar mengajar dan menyimpulkan materi pembelajaran
STAD dapat
digunakan pada hampir semua mata pelajaran. Metode STAD mendorong peserta didik
untuk berpartisipasi aktif dan berkompetisi dengan kelompok lainnya. Contoh
materi pelajaran yang menggunakan metode STAD antara lain:
1) Sumber dan fungsi-fungsi zat gizi bagi tubuh.
2) Sejarah perang
Diponegoro, diikuti dengan soal ujian tokoh-tokoh pahlawan, kronologis kejadian
dan hasil akhir yang dicapai sesudah perang selesai.
2.
Team-Game-Tournament (TGT)
Metode TGT
memiliki tipe yang hampir sama dengan STAD. Metode TGT melibatkan aktivitas
seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran
peserta didik sebagai tutor teman sebaya dan mengandung unsur permainan dan
penguatan (reinforcement). Metode TGT memberi peluang kepada peserta
didik untuk belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Langkah-langkah
TGT yaitu:
1) Penyajian Kelas
Pada awal
pembelajaran guru menyampaikan materi di kelas, biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah dan tanya jawab.
2) Pembentukan
Kelompok (team)
Satu kelompok
terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik yang anggotanya heterogen.
Masing-masing kelompok diberi tugas untuk belajar bersama supaya semua anggota
kelompok dapat memahami materi pelajaran dan dapat menjawab pertanyaan dengan
optimal pada saat game dan turnamen mingguan.
3) Game
Guru menyiapkan
pertanyaan (game) untuk menguji pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari
penyajian kelas dan belajar kelompok. Peserta didik memilih nomor game dan
mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang
dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat skor, kemudian skor
tersebut dikumpulkan untuk turnamen mingguan.
4) Turnamen
Turnamen dilakukan
seminggu sekali atau setiap satu satuan materi pelajaran telah selesai
dilaksanakan. Peserta didik melakukan permainan (game) akademik yaitu dengan
cara berkompetisi dengan anggota tim yang memiliki kesamaan tugas/materi yang
dipelajari. Guru menyiapkan beberapa meja turnamen. Setiap meja diisi oleh tiga
peserta didik yang memiliki kemampuan setara dari kelompok yang berbeda
(peserta didik yang pandai berkompetisi dengan peserta didik pandai dari
kelompok lainnya, demikian pula peserta didik yang kurang pandai juga
berkompetisi dengan peserta didik yang kurang pandai dari kelompok lain).
Dengan cara demikian, setiap peserta didik memiliki peluang sukses sesuai
dengan tingkat kemampuannya. Akuntabilitas individu dijaga selama kompetisi
supaya sesama anggota tim tidak saling membantu.
5) Team recognize
Tim yang
menunjukkan kinerja paling baik akan mendapat penghargaan atau sertifikat.
Seperti layaknya lomba, tim yang paling banyak mengumpulkan poin/skor akan
mendapat predikat juara umum, kemudian juara berikutnya berurutan sesuai dengan
jumlah poin/skor yang berhasil diraihnya.
3. Team
Accelerated Instruction (TAI)
TAI merupakan
kombinasi antara pembelajaran individual dan kelompok. Peserta didik belajar
dalam tim yang heterogen sama seperti metode belajar tim yang lain tetapi
peserta didik juga mempelajari materi akademik sendiri. Masing-masing anggota
tim saling mengecek pekerjaan temamnya. Skor tim berbasis pada skor rerata
jumlah unit yang dapat diselesaikan per minggu oleh anggota tim dan keakuratan
unit tugas yang telah diselesaikan. Tim yang telah menyelesaikan satu tugas
dapat mengambil tugas berikutnya. Waktu yang diperlukan untuk belajar dan menyelesaikan
tugas antara tim yang satu dengan tim lainnya tidak sama. Tim dapat memperoleh
skor tinggi apabila dapat menyelesaikan materi yang lebih cepat dan lebih
berkualitas dari tim lainnya. Metode ini sebaiknya dilengkapi dengan teknik
pemberian reward dan punishment supaya motivasi belajar perserta
didik terjaga dengan baik.
Langkah-langkah
TAI
1) Guru menyusun materi semester dalam tugas-tugas mingguan
2) Guru memberikan pengarahan pada awal semester tentang hasil belajar
yang dapat dicapai melalui tugas mingguan
3) Tim mengambil tugas mingguan, tim yang sudah dapat menyelesaikan tugas
dapat mengambil tugas berikutnya
4) Tim
mengumpulkan tugas paling cepat, banyak dan berkualitas akan mendapat skor yang
tinggi dan mengakhiri kegiatan belajar waktu untuk belajar masih tersisa.
4. Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC)
CIRC merupakan
metode yang komprehenship untuk pembelajaran membaca dan menulis paper. Metode
ini mengatur supaya peserta didik belajar atau bekerja dengan cara berpasangan.
Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok dan diberi tugas membaca secara
terpisah, kemudian masing-masing anggota kelompok mengikhtisarkan bagian-bagian
materi yang dibaca. Ketika satu kelompok sedang menyajikan paper hasil
membacanya, maka kelompok lain bertugas sebagai pendengar. Kelompok pendengar
bertugas untuk menyimak, membuat prediksi akhir cerita, menanggapi cerita, dan
melengkapi bagian yang masih kurang, dsb.
Langkah-langkah
(CIRC):
1) Guru membagi peserta didik menjadi dua kelompok untuk berpasangan
2) Guru membagikan
wacana/materi kepada tiap kelompok untuk dibaca dan membuat ringkasan
3) Guru menetapkan kelompok yang berperan sebagai penyaji dan kelompok
yang berperan sebagai pendengar
4) Kelompok penyaji membacakan ringkasan bacaan selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan. Sementara itu, kelompok pendengar:
(a) menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b)
membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya
5) Kelompok bertukar peran yaitu kelompok yang semula sebagai penyaji
menjadi pendengar dan kelompok pendengar menjadi penyaji.
6) Menyimpulkan
hasil diskusi bersama-sama
5. Learning
Together
Learning
together merupakan metode pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan
cara mengelompokkan peserta didik yang berbeda tingkat kemampuan dalam satu
organisasi (Johnson and Johnson, 1994). Masing-masing tim diberi tugas atau
projek untuk diselesaikan bersama. Masing-masing anggota tim mengambil bagian
bagian projek yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Tujuan yang
diharapkan dari pembelajaran ini adalah peserta didik diberi kesempatan
maksimal untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam sebuah projek.
Masing-masing tim bertanggung jawab untuk mengumpulkan materi dan informasi
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau proyeknya. Penilaian akhir
berdasarkan atas kualitas kinerja tim. Masing-masing peserta didik dalam tim
memperoleh nilai yang sama. Tim harus berusaha supaya anggota tim memiliki
konstribusi pada kesuksesan timnya.
Langkah-langkah
pembelajaran:
1) Guru memberi projek untuk dikerjakan bersama oleh tiap-tiap kelompok
2) Kelompok
membagi tugas kepada semua anggota sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
3) Masing-masing anggota kelompok bekerja sesuai dengan tanggungjawabnya
untuk mencapai tujuan bersama sehingga apabila ada anggota yang kesulitan, maka
anggota lain wajib membantu.
4) Nilai diperoleh
berdasarkan hasil kerja kelompok
Contoh projek yang
yang dapat memfasilitasi learning together misalnya:
1) Praktik membuka usaha jasa salon: setiap anggota memiliki tugas dan
tanggung jawab yang berbeda misalnya ada yang bertugas menggunting rambut,
mengeramas dan mengeringkan rambut, mencari pelanggan, meyiapkan dan
membersihkan alat-alat, dsb.
2) Projek menyiapkan hidangan pesta: masing-masing anggota ada yang
bertugas belanja, memasak, menghias ruangan, menata hidangan, dan melayani
tamu.
3) Menulis karya
ilmiah: masing-masing anggota kelompok ada yang bertugas mencari referensi,
mengumpulkan data, mengolah data dan menyusun laporan karya ilmiah.
6. Numbered
Heads Together
Numbered Heads
Together merupakan metode pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan
dengan cara memberi nomor kepada semua peserta didik dan kuis/tugas untuk
didiskusikan jawaban atau pemecahan yang benar di dalam kelompoknya. Kelompok
memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya. Guru memanggil nomor
secara acak untuk melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Peserta didik
dari kelompok lain memberi tanggapan kepada peserta didik yang sedang
melaporkan. Setelah satu peserta didik selesai melapor kemudian dilanjutkan
dengan nomor peserta didik dari kelompok yang lain.
Langkah-langkah
:
1) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap anggota
kelompok mendapat nomor
2) Guru memberikan
tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4) Guru memanggil salah satu nomor peserta didik secara acak untuk
melaporkan hasil kerjasama mereka
5) Peserta didik lain memberi tanggapan kepada peserta didik yang sedang
melapor
6) Guru menunjuk
nomor yang lain secara bergantian
7. Make - A
Match (Mencari Pasangan)
Metode
pembelajaran make a match merupakan metode pembelajaran kelompok yang
memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota kelompok tidak diketahui
sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan misalnya pasangan soal
dan jawaban. Guru membuat dua kotak undian, kotak pertama berisi soal dan kotak
kedua berisi jawaban. Peserta didik yang mendapat soal mencari peserta didik
yang mendapat jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Metode ini dapat
digunakan untuk membangkitkan aktivitas peserta didik belajar dan cocok
digunakan dalam bentuk permainan.
Langkah-langkah
Make - a Match:
1) Guru menyiapkan dua kotak kartu, satu kotak kartu soal dan satu kotak
kartu jawaban
2) Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu
3) Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4) Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal maupun jawaban)
5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu yang ditetapkan diberi poin
6) Setelah satu
babak, kotak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya
8. Think Pair
And Share
Metode think
pair and share merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara
sharing pendapat antar siswa. Metode ini dapat digunakan sebagai umpan balik
materi yang diajarkan guru. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi
pelajaran seperti biasa. Guru kemudian menyuruh dua orang peserta didik untuk
duduk berpasangan dan saling berdiskusi membahas materi yang disampaikan guru.
Pasangan peserta didik saling mengoreksi kesalahan masing-masing dan dan menjelaskan
hasil diskusinya di kelas. Guru menambah materi yang belum dikuasai peserta
didik berdasarkan penyajian hasil diskusi.
Langkah-langkah
Think Pair And Share:
1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2) Peserta didikdiminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru
3) Peserta didikdiminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4) Guru memimpin pleno diskusi kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya
5) Berawal dari
kegiatan tersebut, pembicaraan diarahkan pada pokok permasalahan dan menambah
materi yang belum diungkapkan siswa
9. Peer
tutoring
Istilah peer
tutoring mengandung makna yang sama dengan tutor teman sejawat atau peer
teaching. Silberman (2006) dalam Iva (2009) menjelaskan bahwa peer-teaching
merupakan salah satu pendekatan mengajar yang menuntut seorang peserta
didik mampu mengajar pada peserta didik lainnya. Dengan pendekatan peer-teaching
siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan sesama temannya atau
mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru, baik tugas itu
dikerjakan di rumah maupun di sekolah.
Boud,
Cohen and Sampson's (2001) menjelaskan bahwa apabila peer teaching menjadi
bagian dari proses pembelajaran di sekolah, peserta didik yang menjadi guru
dapat menunjukkan berbagai macam peran seperti: pure teacher, mediator, work
partner, coach, atau role model. Peserta didik yang berperan sebagai
guru dapat menunjukkan hanya satu peran atau beberapa
peran sekaligus
tergantung pada tanggungjawab yang diberikan oleh guru. Peserta didik yang
berperan sebagai guru (pure teacher) dapat dilibatkan dalam penyusunan
dan penyampaian informasi dan keterampilan, memberi umpan balik dan evaluasi
kepada peserta didik lain yang menjadi bimbingannya. Apabila peserta didik yang
berperan sebagai guru kurang memiliki otonomi atau kekuasaan di kelompoknya,
guru sejawat (peer tutor) tersebut dinamakan mediator. Peer
tutor berperan sebagai asisten guru apabila selain mengajar temannya
sendiri, dia juga mendapat tugas admninistrasi seperti mengecek apakah tugas
sudah lengkap, tugas apa saja yang masih kurang, menyiapkan jobsheet,
menyiapkan blangko nilai, dll. Peer tutor dapat berperan sebagai patner
kerja (work partner), apabila dilibatkan dalam pekerjaan proyek guru dan
diberi wewenang untuk mengontrol dan memberi bantuan kepada peserta didik lain
supaya hasil kerja memenuhi standar kerja yang tetapkan pada proyeknya. Peer
tutor dapat berperan sebagai coaches, apabila dia bekerja secara
kooperatif dengan cara memberi dorongan kepada peserta didik lain untuk
mengumpulkan tugas, memberi umpan balik secara informal, menulis tugas yang
harus dikerjakan, dll. Peer tutor dapat berperan sebagai model, apabila
dalam proses pembelajaran dia disuruh mendemontrasikan
keterampilan-keterampilan yang dimilikinya di hadapan peserta didik yang lain,
atau sebagai contoh dalam mengerjakan atau menjawab soal ujian, misalnya ujian
praktik.
Peer teaching merupakan
strategi pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran orang dewasa (andragogy)
dan self-direction. Menurut Jarvis (2001), peer teaching is a
learner-centered activity because members of educational communities plan and
facilitate learning opportunities for each other. There is the expectation of
reciprocity, e.g., peers will plan and facilitate courses of study and be able to
learn from the planning and facilitation of other members of the community. Artinya,
peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik sebab
anggota komunitas merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk
dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik
antara teman sebaya yang akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar
dan dapat belajar dari perencanaan dan fasilitas dari anggta kelompok lainnya.
Pembelajaran peer
tutoring dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Guru menyusun kelompok belajar, setiap kelompok beranggota 3-4 orang
yang memiliki kemampuan beragam. Setiap kelompok minimal memiliki satu orang
peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjadi tutor teman sejawat.
2) Guru menjelaskan tentang cara penyelesaian tugas melalui belajar
kelompok dengan metode peer teaching, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing anggota kelompok, dan memberi penjelasan tentang mekanisme
penilaian tugas melalui peer assessment dan self assessment.
3) Guru menjelaskan materi kuliah kepada semua peserta didik dan memberi
peluang tanya jawab apabila terdapat materi yang belum jelas.
4) Guru memberi tugas dengan catatan peserta didik yang kesulitan dalam
mengerjakan tugas dapat meminta bimbingan kepada teman yang ditunjuk sebagai
tutor/guru.
5) Guru mengamati aktivitas belajar dan memberi penilaian kompetensi.
6) Guru, tutor dan
peserta didik memberikan evaluasi proses belajar mengajar untuk menetapkan
tindak lanjut kegiatan putaran berikutnya.
Sumber Pustaka:
Mulyatiningsih, Endang. 2010. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif
dan Menyenangkan (PAIKEM). Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan.
0 komentar:
Posting Komentar