Apa Perbedaan Discovery Learning, Problem Based Learning dan Problem Solving
Oleh:
Ana Marliana/anamarliana10@gmail.com
Tentunya
setiap model pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing sehingga aoat
membedakan antara model satu dengan model lainnya. Nah, apa perbedaan Discovery
Learning, Problem Based Learning dan Problem
Solving.
Apa
itu Discovery Learning?
Discovery
learning merupakan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah secara
intensif di bawah pengawasan guru. Pada discovery, guru membimbing
peserta didik untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah. Discovery
learning merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih
kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif
menemukan pengetahuan sendiri. Bruner (1996) menyarankan agar peserta didik
belajar melalui keterlibatannya secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip
yang dapat menambah pengalaman dan mengarah pada kegiatan eksperimen.
Kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan metode discovery mirip dengan inquiry.
Perbedaan terletak pada peran guru. Dalam metode discovery guru dan
peserta didik sama-sama aktif. Discovery sering diterapkan percobaan
sain di laborartorium yang masih membutuhkan bantuan guru. Langkah-langkah
pembelajaran discovery yang dilakukan guru adalah:
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Membagi petunjuk praktikum/eksperimen
3) Peserta didik melaksanakan eksperimen di bawah pengawasan guru
4) Guru menunjukkan gejala yang diamati
5) Peserta didik
menyimpulkan hasil eksperimen
Contoh materi yang
dapat dipelajari dengan menggunakan metode discovery antara lain:
1) Magnet, peserta didik mengamati benda-benda yang dapat ditarik oleh
magnet, guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan tentang sifat-sifat
magnet.
2) Analisis kandungan gizi pada bahan makanan.
3) Praktik perubahan energi (kimia→panas→gerak) dan (kimia → panas → bunyi)
4) Praktik Sistem Tata Udara (AC)
5) Praktikum
sumber energi listrik dari dinamo sepeda
Apa
itu Problem Based Learning?
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan
cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. Metode ini tepat digunakan pada
kelas yang kreatif, peserta didik yang berpotensi akademik tinggi namun kurang
cocok diterapkan pada peserta didik yang perlu bimbingan tutorial. Metode ini
sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui
pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah
1)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian memberi tugas atau masalah untuk
dipecahkan.
2)
Guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan, prosedur yang harus dilakukan dan
memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih.
3)
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal,
dll.)
4)
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
bereksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan
data, dan merumuskan hipotesis.
5)
Guru membantu peserta didik dalam menyiapkan laporan hasil pemecahan masalah
yang menjadi tugasnya.
6) Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau
mengevaluasi proses-proses penyelidikan yang dilakukan untuk menyelesaikan
masalah.
Contoh tugas-tugas yang dapat diselesaikan melalui pembelajaran
berbasis masalah.
1)
Mempelajari fenomena alam terjadinya pemanasan global, pencemaran air, dan
polusi udara
2)
Mempelajari fenomena terjadinya gerhana bulan dan matahari
3) Mempelajari fenomena terjadinya kenakalan (patologi sosial)
pada remaja
Apa
itu Problem Solving?
Metode problem
solving sangat potensial untuk melatih peserta didik berpikir kreatif dalam
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi maupun masalah kelompok
untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Di dalam problem solving,
peserta didik belajar sendiri untuk mengidentifikasi penyebab masalah dan
alternatif untuk memecahkan masalahnya. Tugas guru dalam metode problem
solving adalah memberikan kasus atau masalah kepada peserta didik untuk
dipecahkan. Kegiatan peserta didik dalam problem solving dilakukan
melalui prosedur: (1) identifikasi penyebab masalah; (2) pengkajian teori untuk
mengatasi masalah atau menemukan solusi; (3) pengambilan keputusan dalam mengatasi
masalah berdasarkan teori yang telah dikaji.
Langkah-langkah pembelajaran problem solving dapat dirancang
sebagai berikut:
1)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2)
Guru memberikan kasus-kasus yang perlu dicari solusinya
3)
Guru menjelaskan prosedur pemecahan masalah yang benar
4)
Peserta didik mencari litaratur yang mendukung untuk menyelesaikan kasus yang
diberikan guru
5)
Peserta didik menetapkan beberapa solusi yang dapat diambil untuk menyelesaikan
kasus
6) Peserta didik melaporkan tugas yang diberikan guru.
Kasus-kasus yang dapat diberikan melalui metode problem solving
misalnya:
1)
Mengapa orang berbadan gemuk dan kurus? Kasus ini bertujuan untuk mempelajari
angka kecukupan energi (AKE) individu menurut kelompok usia.
2)
Mengapa sehabis makan, orang sering mengantuk dan menguap? Kasus ini digunakan
untuk mempelajari sistem metabolisme dalam tubuh manusia.
3) Mengapa makanan kering, manis dan asin menjadi lebih awet?
Kasus ini digunakan untuk mempelajari bahan-bahan pengawet makanan alami.
Sumber Pustaka:
Mulyatiningsih, Endang. 2010. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif
dan Menyenangkan (PAIKEM). Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan.
0 komentar:
Posting Komentar